Tuesday, 29 April 2008

REMAJA NONGRONG DI AIR MANCUR BOGOR


Hari sabtu merupakan hari penuh kebebasan bagi anak-anak muda di kota Bogor. Hal ini ditunjukkan oleh bagaimana penuh sesaknya daerah Air Mancur sejak sore hari dengan kaum remaja yang nonkrong di trotoar, taman kota maupun di tenda-tenda penjual makanan. Tidak hanya laki-laki namun juga perempuan. Mereka tampil dengan berbagai budaya khas mereka, mulai dari cara berpakaian, berbahasa, berkelompok dengan nama dan identitas pembeda yang spesifik, apakah sebagai kelompok biker, atau semata-mata mengelompok begitu saja. Hiruk pikuk ini akan terus berlangsung hingga dini hari.

Fenomena tersebut barangkali menunjukkan remaja Bogor masa kini yang cenderung lebih cepat kepribadian yang mandiri, sehingga dapat memutuskan bersenang-senang dengan bebas di air mancur dan pulang hingga larut malam tanpa merasa terancam karena merasa mampu menjaga dirinya sendiri.

Namun fenomena tersebut juga dapat berarti lain. Para remaja yang mudah meninggalkan rumah dan pulang hingga larut malam menunjukkan perubahan dalam pola interaksi keluarga. Orang tua masa kini memiliki kontrol yang lemah terhadap anak remajanya. Sehingga si anak, termasuk juga remaja putri dapat meninggalkan rumah hingga larut malam.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Pertama, barangkali orang tua saat ini tidak lagi memiliki waktu untuk menasihati atau membatasi tindakan anaknya. Atau bahkan ia telah kehilangan hak memperingatkan anaknya karena selama ini tidak menjalankan kewajiban sebagai orang tua secara baik. Mungkin karena si orang tua sibuk dengan berbagai tetek-bengek mulai dari pekerjaan, arisan, meeting, party, shoping dsb sehingga waktu untuk anak semakin terbatas.

Kedua, orang tua masa kini mengalami disorientasi dalam memahami kemajuan dengan membebaskan anak keluar malam seolah orang tua tengah mengajarkan tentang kebebasan bersikap sebagai bentuk didikan yang progresif. Orang tua yang maju adalah orang tua yang penuh kebebasan.

Tempat nongkrong bukanlah tempat yang aman untuk bergaul. Berbeda jika remaja tengah berada di sekolah dimana kontrol sosial relatif ditegakkan. Tempat nongkrong merupakan wilayah penuh kebebasan bagi remaja untuk berkenalan dengan apa saja, mulai dari narkoba hingga seks bebas. Saat nongrong aturan keluarga tidak diperdulikan sama sekali. Di sisi lain remaja belum sepenuhnya memiliki kontrol dalam dirinya.

Hal negatif lainnya yang ditunjukkan oleh fenomena nongkrong remaja adalah bahwa remaja masa kini memiliki prilaku konsumtif naif. Pakaian yang mereka pakai, bagaimana mereka mengelompok serta membangun indentitasnya, apakah sebagai kelompok funk atau biker, serta habitus mereka secara keseluruhan adalah imitasi dari apa yang mereka saksikan melalui iklan, sinetron, televisi, MTV, media massa, internet dsb, tanpa mengetahui pasti apa manfaatnya. Apakah dengan demikian ia semakin sehat, intelek, cerdas, terampil, matang secara sosial? Ia dapat dengan mudah mengikuti fashion ataupun gaya hidup baru meski harus menghabiskan banyak uang dari orang tuanya demi memuaskan hasrat mereka akan imajinasi kecantikan, up to date, trand dsb.

Kebebasan remaja sebagaimana yang aku saksikan di Air Mancur Bogor setidaknya membuatku merenung, mau kemanakah remaja kita ini tumbuh dan berkembang. Katakanlah bahwa remaja membutuhkan ruang untuk mengekspresikan diri, tempat untuk bersosialisasi dengan bentuk bernongkrong ria, namun bagaimana respon kita terhadap kenyataan bahwa ruang yang sama dapat menjadi tempat dimana remaja menjadi tanpa kontrol, mempertunjukkan prilaku ugal-ugalan dan tawuran yang dapat membahayakan dirinya, menjadi tempat berkenalan dengan seks bebas maupun penggunaan narkoba. Atau menjadi tidak prihatin terhadap kondisi masyarakat yang tengah terbatas, tanpa kepekaan sosial mempertontonkan bentuk kekayaan mereka seperti motor Honda, Tiger dsb, di depan umum meskipun saat ini banyak orang yang tengah hidup melarat, boro-boro membeli apa yang tengah mereka tunjukkan, untuk membeli makanan saja sulit.

Sesungguhnya remaja masa kini berada dalam kondisi tidak terlindungi dan terkendali dalam ranah sosial yang bergerak tanpa arah dan tujuan yang pasti. Mereka bebas nonkrong dimana saja, di berbagai tempat, yang salah satunya di Air Mancur Bogor, serta mengembangkan budaya mereka sendiri tanpa bekal nilai-nilai sosial yang memadai. Mereka bebas lepas tanpa sebuah batasan. Namun semua tidak perduli, pemerintah, masyarakat maupun orang tua. Menyedihkan, remaja kini dididikan secara apatis dan dikhawatirkan kelak mereka juga akan berkembang menjadi orang yang apatis tidak hanya pada orang tua dan masyarakat namun juga kepada bangsa serta negaranya.

No comments: