Monday 15 September 2008

TIPS MENYAMPAIKAN PESAN PROPAGANDA ALA AMERIKA SERIKAT


Dalam kaitan peringatan peristiwa 9/11, pada 11 Septermber 2008 yang lalu, Hard talk di BBC menghadirkan James Glassman, yang merupakan US Under Secretary of State, sebagai tamu.

Hard talk merupakan acara diskusi yang ditayangkan di BBC World News dan BBC News channel. Interview didasarkan hasil penelitian mendalam, sehingga pertanyaan yang diajukan dalam acara tersebut cukup kritis. Tujuannya mengungkap hal-hal dibalik isu aktual (BBC, 2008)

Namun dalam acara tersebut, Stephen Sackur, sang pembawa acara, tidak mengangkat back flash dari peristiwa 9/11. Melainkan membahas isu yang terkait reaksi Amerika Serikat pasca tragedi tersebut. Persoalan yang diangkat adalah isu propaganda.

“Apakah Amerika Serikat tengah menjalankan politik propaganda dalam kaitan perang terhadap teroris?”, menjadi pertanyaan besar dalam diskusi tersebut.

Politik propaganda dilakukan bertujuan agar pemerintah Amerika Serikat mendapatkan dukungan, tidak saja dari masyarakat Amerika Serikat, namun masyarakat dunia. Khususnya terhadap tindak tanduk pemerintah Amerika Serikat memberantas teroris, dan invansinya di Irak.

Meskipun keabsahan kebijakan Amerika Serikat di berbagai negara seperti Irak, Afganistan dipertanyakan. Apalagi isu dasar serangan Amerika Serikat ke Irak terkait isu senjata biologi pemusnah massal yang hingga saat ini tidak ditemukan.

Dalam diskusi tersebut Stephen Sackur membeberkan sejumlah kelemahan argumen James Glassman yang mencoba melakukan pembelaan terhadap kebijakan pemerintah G.W. Bush. Dimana beliau menegaskan bahwa perang Irak bukan kebijakan yang keliru, meski mengakibatkan jatuhnya korban sipil serta kekacauan sosial.

Dalam salah satu argumennya James Glassman mengatakan, jatuhnya korban sipil bukanlah sesuatu yang diharapkan. Dan bukan tujuan dari perang itu sendiri. Namun hal tersebut tidak bisa dihindari. Dan James Glassman menyalahkan pihak pemberontak yang menjadikan masyarakat sipil sebagai tameng.

Teknik Propaganda
Namun ada hal yang menarik dari diskusi tersebut. Cara James Glassman mempertahankan statemennya, menurut saya, merupakan teknik yang juga sering digunakan pejabat pemerintah Amerika lainnya dalam menyampaikan pesan yang bersifat persuasif. Kaitannya mencari dukungan terhadap kebijakannya di Irak. Seperti halnya cara penyampaian pesan yang digunakan G. W. Bush maupun Condoleezza Rice.

Metoda demikian menurut saya bagian dari teknik propoganda. Dimana propaganda merupakan pesan yang bertujuan mempengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau sejumlah orang yang banyak. Propaganda tidak menyampaikan informasi secara obyektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang untuk mempengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya (Wikipedia, 2008).

Dan cara penyampaian pesan tersebut menurut hemat saya perlu ditiru oleh para politisi Indonesia. Khususnya mereka yang tengah bersaing memperebutkan kursi kepemimpinan nasional. Barangkali dengan menggunakan teknik propaganda ala Amerika Serikat tersebut mampu mendongkrak popularitas si calon.

Beberkan Data atau Fakta
Dalam beberapa statementnya James Glassman selalu menunjukkan bukti-bukti. Ketika Stephen Sackur mengatakan bahwa tindakan Amerika Serikat di Irak dapat memicu ketidaksimpatikan negara-negara Islam, James Glassman membantah dengan mengatakan bahwa hal tersebut tidak betul. Buktinya sejumlah negara Islam menjalin kerjasama dengan Amerika Serikat.

Metoda ini adalah cara yang paling efektif memperkuat sebuah pendapat. Karena merupakan syarat diskursus publik dalam dunia modern. “Kebenaran adalah sesuatu yang dapat dibuktikan dengan fakta”, seperti yang berlaku dalam aturan pengetahuan ilmiah. Adanya fakta negara Islam yang mau bekerja sama dengan Amerika seolah dapat menggugurkan pendapat Stephen Sackur tersebut.

Namun fakta yang disajikan melalui data, atau penggalan reportase dapat dengan mudah dimanipulasi. Bahkan sebuah data terbaik sekalipun tidak pernah mampu mengcover realitas secara keseluruhan. Ketika James Glassman menyampaikan fakta negara Arab yang bekerja sama dengan Amerika Serikat, siapa yang tahu kebenaran fakta tersebut dan apa sesungguhnya konteks dari fakta itu sendiri.

Dan yang menjadi pertanyaan, apakah ketika pemimpin sebuah negara menjalin kerjasama dengan Amerika serta merta membuktikan seluruh warga negaranya menyukai negara adidaya tersebut?

Maka sebagai langkah pertama dari teknik propaganda adalah tunjukkan data atau penggalan fakta yang mendukung sebuah pendapat. Seringkali pendengar, apalagi yang bersifat pasif, akan lebih mudah menerima sebuah pernyataan yang didukung bukti-bukti.

Seperti halnya pidato Presiden SBY di depan Rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 15 Agustus 2008 yang lalu. Dimana beliau menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik pada saat perekonomian dunia sedang lesu. Indikator ekonomi cukup luar biasa antara lain: angka pengangguran serta kemiskinan turun dan kondisi pangan di Indonesia relatif lebih baik dibandingkan dengan negara lain.

Statement ini sepenuhnya didukung dengan data. Bahwa di tengah tekanan eksternal yang bertubi-tubi, pemerintahan SBY berhasil menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi di atas 6% selama tujuh triwulan berturut-turut. Bahkan produk domestik bruto non-migas tumbuh mendekati 7% pada tahun lalu. Pertumbuhan ekonomi meningkat dari 5,5% pada 2006 menjadi 6,3% pada 2007 (IRIB, 2008).

Namun ironisnya, apa yang dihadapi masyarakat berbeda gambaran pada isi pidato tersebut. Bahan pangan harganya merangkak naik. Banyak anggota masyarakat miskin mengalami gizi buruk. Pengangguran masih merajalela.

Kaitkan dengan Nilai-Nilai Universal
Ketika Stephen Sackur mempertanyakan mengapa tentara Amerika tetap bertahan di Irak meskipun opsi awal penyerangan Irak tidak terpenuhi, James Glassman menjawab dengan menggunakan teknik propaganda lainnya. Yakni mengaitkan dengan nilai-nilai universal.

Maka ia menjawab, bahwa hal tersebut dilakukan karena pemerintah Amerika Serikat ingin mendukung upaya rakyat Irak mewujudkan demokrasi. Serta bertujuan menciptakan pemerintahan Irak yang lebih baik dan demokratis.

James Glassman memilih demokrasi sebagai hal-hal yang universal sekaligus tameng mendukung pernyataannya. Seolah tanpa invansi maka rakyat Irak akan terus hidup dibawah pemerintah otoriter.

Tentu tidak ada alasan buat Amerika Serikat menguasai negara lain dengan dalih apapun. Dan tentunya masih banyak cara lain mewujudkannya tanpa harus mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Namun cara James Glassman mempertahankan pendapatnya layak ditiru.

Teknik ini efektif menggugah perasaan dan emosi pendengar dan memberikan efek positif terhadap sebuah pesan. Karena kata-kata seperti demokrasi, hak asasi manusia, cinta kasih, kemanusiaan secara kognitif memiliki valensi positif dan mampu mendatangkan suasana perasaan sentimentil.

Dan kandidat presiden Indonesia layak meniru teknik ini. Misalnya dengan mengatakan “ bahwa program ini bertujuan mensejahterakan Anda semua”, “ini saya lakukan atas nama kemanusiaan”

Salahkan Pihak Lain
Ketika semakin terpojok maka James Glassman mengatakan bahwa buruknya citra Amerika Serikat secara global, khususnya di mata umat Islam terkait dengan usaha propaganda dari pihak-pihak tertentu. Banyak televisi maupun pihak-pihak yang menampilkan korban-korban dari tentara Amerika Serikat secara dramatis. Namun korban-korban di pihak Amerika tidak ditampilkan secara berimbang.

Pihak-pihak yang tidak mendukung aksi Amerika di Irak sesungguhnya tidak memahami apa yang menjadi akar persoalan yang terjadi di wilayah tersebut. Bahwa apa yang tengah dijalankan pemerintah adalah sesuatu yang baik.

Seolah beliau hendak mengatakan bahwa informasi dari pemerintah Amerika Serikat adalah yang tepat dan akurat. Sedangkan dari sumber lain, khususnya yang bersifat negatif, tidak tepat. Meskipun pemerintah Amerika Serikat memiliki lembaga proganda semacam USIA. Bertugas menyampaikan informasi yang terdistorsi bagi kepentingan pemerintah.

Bagi para calon presiden RI, metoda ini layak digunakan untuk manipulasi massa. Misalnya dengan mengatakan bahwa “banyak orang yang berusaha menjatuhkan reputasi saya, hal ini karena mereka ingin menutupi kesalahan mereka”. Atau “ Banyak orang yang tidak mengetahui apa yang selama ini saya lakukan”. Sehingga segala informasi tepat hanya berasal dari padanya.

Melalui ketiga metoda di atas, seorang penyampai pesan dapat melakukan propagada secara efektif untuk dapatkan dukungan dari khalayak luas. Pesan yang disampaikan tidak saja menggungah secara kognitif melainkan juga secara emosional. Serta mematahkan kredibilitas sumber lain dapat menyampaikan pesan yang kontradiktif.

Dan tips-tips ini layak digunakan para calon presiden RI yang akan bersaing di tahun 2009 mendatang. Massa perlu dimanipulasi. Apalagi jika si calon sesungguhnya tidak memiliki visi atau program yang jelas. Maka teknik-teknik manipulasi massa ala Pemerintah Amerika Serikat ini layak digunakan.

No comments: