Sunday 23 November 2008

SI MANJA DALAM DIRI ANDA


Saya sering mendengar kisah bagaimana seorang suami yang begitu tampak berwibawa, menjadi sangat manja ketika sakit. Rudi, sering membuat pusing istrinya. Ketika sakit ia suka berlebihan, kadang sampai mengerang-mengerang layaknya orang yang sedang sekarat. Padahal sakitnya hanya flu biasa. Seorang suami juga bisa bertingkah laku kekanaka-kanakan kalau gagal melakukan sesuatu. Tini mengisahkan bahwa suaminya suka ngambek dan menyendiri jika proyeknya tidak setujui oleh bosnya.

Demikian halnya seorang istri, yang tampak begitu tegar, menjadi sangat lemah di dalam dekapan suaminya. Rini, tipikal ibu rumah tangga mandiri mengeluarkan suara-suara manja dan centil ketika sedang dipeluk dan dicium suaminya. Atau Tuti yang menangis tersedu-sedu seperti anak kecil ketika mendapatkan tekanan di tempat kerja.

Hal tersebut menjadi bukti sisi kekanak-kanakan dalam diri kita. Pada saat dimana kita sedang lemah baik secara fisik maupun psikologi, sesaat kita menjadi anak kecil yang sedang mencari perlindungan pada orang tuanya. Seorang suami akan menjadikan istrinya layaknya mama yang melindunginya. Atau seorang istri akan menjadikan suaminya layaknya papa yang melindunginya. Oleh Sigmund Freud kondisi demikian disebut sebagai sublimasi keinginan bawah sadar untuk mendapatkan kasih sayang kepada ibu atau ayah kepada objek yang lain.

Suasana yang menyenangkan adalah ketika masing-masing pasangan bisa memposisikannya sesuai dengan peran yang berlawanan. Seorang suami yang berperan menjadi pribadi kecilnya berumur 6 tahun akan menjadi klop jika si istri menghadirkan sisi keibuannya. Demikian halnya dengan seorang istri yang sesaat berperan menadji yumi kecil yang ingin dimanja klop dengan sifat kebapaan yang sedang ditunjukkan suaminya.

Tentunya saat sedang memerankan peran kebapaan atau keibuaan akan juga memberikan kesenangan saat bisa mencurahkan kasih sayang. Indahnya memainkan peran seorang ibu atau bapak adalah ketika bisa membagikan sesuatu sebagai bukti cinta. Sehingga klop dengan peran seorang anak yang ingin mendapatkan perhatian dan kasih sayang.

Namun yang menjadi masalah adalah ketika seorang istri yang ingin dimanja harus berhadapan dengan sang suami yang juga ingin dimanja. Atau suami yang ingin dilayani layaknya Bobi kecilnya harus berhadapan dengan istri yang sedang ingin dipeluk atau dikecup. Malah akan menciptakan suasana yang tidak nyaman.

Dan bisa juga terjadi ketika seorang suami atau istri sedang memainkan peran anak kecil, sang pasangannya menampilkan diri orang dewasa yang evaluatif. “ Eh, kamu jangan manjalah, sakit begitu saja ngerang-ngerang nggak karuan”, demikian penilaian evaluatif sang istri terhadap suaminya yang hendak dimanja. “ Kamu dewasa sedikitlah, aku lagi banyak kerjaan!!”, kata seorang suami kepada istrinya yang manja. Ungkapan-ungkapan demikian seringkali menyulut emosi pasangan yang merasa tidak terpenuhi kebutuhannya. Seraya mengatakan pasangannya tidak care atau tidak sayang.

Saya sering mendengarkan keluhan dari salah satu pasangan rumah tangga yang mengeluh bahwa suaminya tidak cinta lagi. Tapi ketika ditanya mengapa ia beranggap demikian? Ternyata alasannya sepele. Bahwa istrinya tidak memperhatikannya dengan baik ketika ia sakit atau suaminya tidak lagi romantis. Dan semua tuntutan tersebut adalah kebutuhan dari sisi kekanak-kanakan.

Oleh sebab itu untuk menciptakan nuasa rumah tangga yang harmonis masing-masing pasangan perlu menyadari tentang si kecil yang inheren dalam diri masing-masing pasangan. Anda harus menyadari bahwa suami atau istri anda memiliki sisi Doni kecil atau Amalia kecil. Maka saat inilah anda harus bisa memainkan peran yang sesuai dengan si kecil, yakni memainkan peran keibuaan dan kebapaan Anda agar membuat si kecil nyaman dan tersenyum.


TIPS PENTING
1. Jika suami atau istri Anda sakit, Anda tidak cukup memberikan obat atau makanan yang nikmat. Anda harus memberikan perlakuan plus misalnya dengan belaian dan atau dinyanyikan lagi nina bobok.

2. Jika pasangan Anda sedang kalut, ngedumen, marah-marah. Ingat, ia sesungguhnya tidak sedang berprilaku dewasa. Jadikan orang tua penenang baginya. Mulai dengan pertanyaan sederhana “ Ada apa sayang?”.

3. Jika pasangan mulai usil, menjengkelkan tingkah lakunya,sehingga menganggu anda ketika sedang melakukan sesuatu yang menguras perhatian anda. Berhentilah segera. Karena sisi kekanak-kanakannya sedang muncul dan ingin mendapat perhatian.

No comments: