Monday 23 March 2009

BANJIR PONDOK DUTA, NUR MAHMUDI DAN KEPEKAAN PEMERINTAH


Pada tanggal 22 Maret 2009 kemarin Depok diguyur hujan deras dan disertai petir selama lebih dari 1 jam. Otomatis komplek perumahanku di daerah Pondok Duta Cimanggis terkena banjir, yang memang langganan setiap kali turun hujan deras. Berdasarkan pengalamanku tinggal di kompleks tersebut kurang dari 2 tahun, biasanya air luapan dari got tersebut hanya mengaliri jalan dan tidak pernah masuk ke dalam .

Namun minggu kemarin berbeda. Hujannya sangat deras dan berlangsung agak lama, sehingga menimbulkan banjir yang lumayan besar hingga masuk ke dalam rumah.

Beruntung rumahku agak tinggi sehingga tidak terlalu banyak air yang masuk ke rumah. Tapi yang tragis adalah para tetangga yang bangunannya lebih rendah, dimana airnya masuk rumah bahkan hingga setinggi betis.

Warga di kompleks perumahanku demikian juga kami (Aku, Bapak dan Sepupu) sibuk menyelamat barang-barang. Kami memindahkah barang-barang ke tempat yang lebih tinggi.

Terutama barang-barang elektronik yang rentan rusak kalau terkena air. Untunglah banjir itu tidak terlalu lama sekitar jam 5-an sore banjirpun surut setelah hujan reda begitu mengguyur kurang lebih 2 jam.

Tapi kondisi membuat saya sedikti cemas, bagaimana nanti ketika banjir berkala yang biasanya terjadi 5 tahunan. Apakah banjir yang sama juga bakal melanda tempat tinggalku atau bahkan lebih parah.

Bagaimana Bisa Banjir
Namun ada sedikit pertanyaan dalam pikiranku tentang asal muasal banjir. Bahwa Depok bukan daerah Jakarta Utara atau daerah Jakarta lainnya yang dekat dengan laut. Yang ketika hujan deras dan Bogor mengirimkan air ke Jakarta, sungaipun meluap, yang nota bene pada saat kondisi normal permukaannya dekat dengan permukaan jalan, rumah atau tempat tinggal.

Jadi ketika sungai meluber otomatis akan menimbulkan banjir. Apalagi jika air sungai tersebut ikut terhambat dengan naiknya air laut. Maka lengkaplah penderitaan masyarakat Jakarta yang tinggal dekat dengan laut.

Tapi bagaimana dengan Depok. Kalau aku melihat dalamnya sungai Ciliwung yang permukaannya bisa sampai puluhan meter dari jembatan di Jalan Baru, tentu tidak mungkin banjir di Pondok Duta diakibatkan sungai yang meluber.

So jadi darimana asal air tersebut? Tentu aneh bin ajaib.

Tapi kalau sejenak melihat got di daerah Pondok Duta dan sekitar rasanya wajar Podok Duta sering kebanjiran.

Gotnya tidak mengalir dan dipenuhi sampah. Belum lagi tata air di Pondok Duta tidak baik. Sehingga ketika volume air di got meningkat sulit dibayangkan akan mengalir kemana. Karena salurannya sangat kecil.

Begitu juga di daerah Mutiara Duta yang dekat dengan got besar menuju Danau. Tidak tahu apa sebabnya daerah ini menjadi daerah terparah terkena banjir.

Kadang pada waktu terjadi hujan deras yang singkat Kompleks Mutiara telah banjir meskipun Pondok Duta tidak. Padahal dengan masuk ke danau berapapun volume air yang masuk ke got akan dapat tertampung.

Apakah banjir di kawasan Ponduk Duta, Mutiara atau di daerah Depok lainnya tidak dapat diatasi?

Jika Negara Belanda bisa membuat bendungan raksasa agar daratannya yang lebih rendah dari laut tidak terendam air. Apalagi banjir, yang terjadi seringkali karena ulah manusia.

Apakah karena tidak menjaga got atau membangun bangunan di daerah resapan air.

Hanya untuk kasus di Depok pemerintah, selaku pelayan masyarakat sering terlihat pasrah. Bagi Pemda lebih mudah membangun Mall di Depok dibandingkan membangun saluran air yang baik dan teknologi penangkal banjir.

Mungkin karena yang pertama bisa menambah kocek Pemerintah daerah baik dari sisi PAD atau “personal”. Sedangkan yang kedua “ Apa untungnya, malah menghabiskan pendapatan daerah”.

Barangkali ini menyangkut juga kepekaan pemerintah. Buktinya setiap pagi mobil mewah Walikota Depok Nur Mahmudi harus melewati jalan-jalan Pondok Duta yang rusak akibat banjir.

Dan bukan tidak mungkin ia harus menyaksikan bagaimana kompleks perumahan di kawasan Pondok Duta atau Mutiara terendam banjir.

Karena ia tinggal dekat dengan kompleks tersebut. Apakah ia tidak pasang mata dan telinga. Sehingga meskipun dekat dengan kediaman sang penguasa Depok kasus banjir di Pondok Duta, Mutiara atau kompleks perumahan dikawasan RTM dan Pelni harus terus-terusan terkena banjir. Saya tidak tahu apa yang ada dibenaknya.

Namun begitulah barangkali kenyataan dari para pemimpin di negara ini. Ada yang mengklaim dirinya bersih, jujur, pintar, anti korupsi, dsb....Tapi ko persoalan remeh kok menjadi rumit sehingga tidak bisa diselesaikan.

Seperti banjir, jalan rusak, banyak masyarakat yang tidak punya rumah.

Tapi masalah simpel menjadi rumit. “ Kader partai Republik menyatakan Golkar bakal turun suarannya yang membuat orang nomor 1 mengeluarkan statement”. “ Atau walikota Depok yang sibuk mengurusi aklak pengawainya”.

No comments: